Movie Review: Zero Dark Thirty

Gara-gara para emak-emak komentator di postingan Django yang ngomporin saya supaya puas-puasin menanggal dan nonton bareng Mas Ben, kami pun mendisiplin diri supaya rajin nonton bioskop lagi *alasan banget*. Mumpung emang lagi banyak film bagus ya kan…

Kami berdua bukan penggemar film perang. Tapi saya emang udah lama tertarik dan rada nungguin film tentang penangkapan (pembunuhan) Osama Bin Landen ini. Soalnya kita ‘cuma’ tahu kalo mendadak Osama udah ketangkep dan udah dibunuh kan… Sedangkan saya penasaran banget sebenernya gimana caranya akhirnya bisa kelacak. Setau saya, USA kan udah nyariin orang ini dari sebelum 9/11 dan nggak ketemu-ketemu. Saya masih inget tuh pemberitaan waktu USA nyariin Osama ke gua-gua di pegunungan batu tapi nggak ketemu. Nah kok tahu-tahu bisa dapet sih? Penasaran kaaaan.

Tadinya sempet bingung tuh antara Zero Dark Thirty sama Code Name: Geronimo. Yak gimana…itu 2 film angkat tema yang sama dan rilis nya juga deketan…. Kan saya jadi bingung. Waktu Code Name: Geronimo main di 21, kami nggak sempet nonton. Mungkin karena film-nya kurang laku ya. Nah tapi untungnya….ternyata film itu emang gayanya lebih dokumenter. Doku-drama tepatnya. Lah wong emang dibikinnya emang buat TV, bukan buat bioskop kok sebenernya. Nah sedangkan yang bikin Zero Dark Thirty tuh Katherine Bigelow, yang bikin Hurt Locker. Jadi ya…harusnya lebih Hollywood style dan lebih mudah dinikmati ya…

zero-dark-thirty1

Pusat film ini memang nggak pada adegan penyerangannya. Tapi lebih kepada proses investigasi dan interogasi bertahun-tahun oleh CIA mengenai keberadaan Osama. Tokoh utamanya seorang perempuan, dikasih nama Maya, seorang agen CIA muda yang obssesed banget nyariin sang buron tingkat tinggi, sampai akhirnya beneran berhasil melacak keberadaannya.

Konon katanya…. si tokoh perempuan ini beneran ada loh, dan beneran dia tokoh penting yang berhasil menemukan Osama Bin Landen. Walaupun namanya ya nggak beneran Maya. Dan katanya lagi… *denger di radio* akurasi cerita dan timeline film ini lumayan tepat.

Saya nggak bisa banyak komen soal film ini. Karena bukan genre film kesukaan saya, film ini ya sebenernya terasa biasa aja. Bagus banget juga nggak, jelek juga nggak. Enjoyable-nya juga sedang-sedang saja. Tapi karena tahu ini kisah nyata, jadinya mengena banget di hati saya.

Yang saya bayangin adalah gimana rasanya si Maya ya….Dia udah sekitar 10 tahun hidup buat ngejar-ngejar sang target dengan segala macam cara. Istilahnya dari buka mata sampai tutup mata tiap hari, yang dipikirin cuma dia. Dalam proses itu juga dia sampai harus kehilangan rekan kerja dan harus menyaksikan proses penyiksaan dalam interogasi, yang buat cewe, pastinya nyakitin mata dan hati banget.

Begitu banyak yang dikorbanin selama bertahun-tahun, lalu di satu point akhirnya dia bisa ngeliat dan mengkonfirmasi wajah targetnya di dalam kantong jenazah. Benar-benar tepat di depan matanya. Apa rasanya ya?

Lalu…. begitu keluar bioskop, yang saya bayangkan adalah: gile si Maya sekarang gimana ya? Stress nggak ya?

Bayangin aja…dia mulai direkrut CIA sejak lulus high school dan ngejar Osama adalah project besar pertamanya, sekaligus keberhasilan pertamanya. Setelah itu selesai, dia pasti macam kehilangan tujuan kan ya. Sementara itu ekspektasi atasan dan rekan kerja akan dia pasti GUEDE luar biasa.

Aduh kasian bener ya si Jeng Maya…

 

10 thoughts on “Movie Review: Zero Dark Thirty

  1. OHHHH ini film yg tentang perburuan si osama tohh. Ya amploppp gua kmaren ini liat di bioskop bingung kok org2 pada nonton ni film, eh gue malah nonton warm bodies nyuci mata liat zombie yg ganteng abis hahahaha. Minggu ini mo nonton ahh 😀

    • Kok bisa sih ketiduran nonton film ginian? haha. Penyiksaannya kan nggak terlalu mengerikan bukan? Ya mungkin karena ekspektasi di kepala gue lebih serem sih. Jadi agak lega karena adegannya ‘gitu’ doang

Leave a reply to nyonyasepatu Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.